Rabu, 17 Agustus 2011

10 sandaran meneguhkan iman.

 
Saat ini kaum muslimin sedang dihadapkan pada persoalan besar, diantaranya syubhat, syahwat, penyimpangan faham keagamaan, perpecahan dan lain-lain. Cobaan-cobaan tersebut silih berganti menghempas, menggoyahkan dan menggerogoti iman. Tidak mustahil seorang muslim selanjutnya membelot, bahkan murtad dari keislamannya. Berikut ini kami akan menguraikan 10 petunjuk yang bersumber dari Al Qur'an dan Al Hadits yang dapat dijadikan sandaran dalam memelihara keteguhan iman kita.

1. Akrab dengan Al Qur'an
         Al Qur'an merupakan petunjuk utama untuk mencapai tsabat (keteguhan iman). Al Qur'an sebagai penghubung yang amat kokoh antara hamba dengan Rabbnya. Barangsiapa berpegang teguh dengan Al Qur'an, niscaya Allah akan memeliharanya, barangsiapa mengikuti Al Qur'an, niscaya Allah akan menyelamat-kannya dan barangsiapa menyeru kepada Al Qur'an, niscaya Allah akan menunjukinya ke jalan yang benar.
Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan bahwa diturunkannya Al Qur'an secara berangsur-angsur adalah untuk meneguhkan hati para hamba-Nya, sebagaimana firman Allah tatkala membantah tuduhan kaum kuffar,
"Orang-orang kafir berkata: Mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil." (Al Furqan : 32) 

           Diantara alasan mengapa Al Qur'an sebagai sumber utama untuk mencapai tsabat, karena Al Qur'an menanamkan keimanan dan mensucikan jiwa seseorang, diturunkan untuk menenteramkan hati manusia dan sebagai benteng bagi orang mukmin dalam menghadapi hempasan fitnah. Al Qur'an juga membekali muslim dengan konsepsi serta nilai yang dijamin kebenarannya, sehingga dia mampu menilai sesuatu dan menimbang sesuatu secara proporsial dan benar.

2. Iltizam dengan Syari'at Islam
         Allah berfirman: "Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan nasehat yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih meneguhkan (hati mereka di atas kebenaran)." (An Nisa : 66)

         Jelas sekali, tidak mungkin kita mengharapkan orang-orang yang malas dan tidak melakukan amal shalih dapat memiliki keteguhan iman. Allah hanya akan menunjukkan kepada orang yang beriman dan mengamalkannya, jalan yang lurus. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan para shahabat senantiasa melakukan amal shalih dan menjaganya secara terus-menerus. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: " Barangsiapa memelihara shalat dua belas raka'at (sunnat rawatib), niscaya ia dijamin masuk surga ". (HR. At Tirmidzi 2/273)/


3. Mempelajari Kisah Para Nabi
         Tentang pentingnya mempelajari kisah para Nabi, Allah berfirman, "Dan Kami ceritakan kepadamu cerita para Rasul agar dengannya Kami teguhkan hatimu." (QS. Hud : 120). Mari kita renungkan kisah Nabiyullah Ibrahim AlaihisSalam tatkala dilemparkan ke dalam api. Ibnu Abbas berkata: Ucapan terakhir Ibrahim ketika akan dilemparkan ke dalam api adalah, " Cukuplah Allah sebagai penolongku, Dia adalah sebaik-baik pelindung". (Qs. Al Fath : 29) 

         Seandainya Anda merenungi firman Allah di atas, tidakkah Anda merasakan adanya tsabat yang meresap ke dalam jiwa Anda? Dalam kisah Musa AlaihisSalam, Allah berfirman: "Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah para pengikut Musa: Sesung-guhnya kita akan benar-benar tersusul. Musa menjawab: Sekali-kali tidak akan tersusul, sesungguhnya Rabbku bersama-ku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku." (Qs. Asy Syu'ara : 61-62). Bila Anda bayangkan bahwa kisah tersebut terjadi di hadapan Anda, tidakkah Anda merasakan tsabat di dalam hati Anda?

4. Berdoa
          Di antara sifat hamba-hamba Allah yang beriman adalah selalu memohon kepada-Nya agar diberi keteguhan iman, seperti doa yang tertulis dalam firman Allah: " Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami ". (Qs. Ali Imran : 250)
Agar hati tetap teguh, maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Salam banyak memanjatkan doa berikut ini, " Wahai Dzat pembolak-balik hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu." (HR. At Tirmidzi)

5. Berdzikir kepada Allah
         Dzikir kepada Allah adalah amalan yang paling ampuh untuk mencapai tsabat. Karena pentingnya dzikir ini, Allah memadukan antara dzikir dengan jihad sebagaimana dalam firman-Nya: "Hai orang-orang yang beriman, bila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah dan dzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya." (Qs. Al Anfal : 45) 

Dalam ayat tersebut Allah menjadikan dzikrullah sebagai amalan yang baik untuk mencapai tsabat dalam jihad. Nabiyullah Yusuf AS pun memohon bantuan untuk mencapai tsabat dengan dzikrullah saat dirayu oleh seorang perempuan cantik yang mempunyai kedudukan tinggi. Demikianlah pengaruh dzikrullah dalam memberikan keteguhan iman kepada orang-orang beriman.

6. Menempuh Jalan Lurus
          Allah berfirman: " Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan jangan mengikuti jalan-jalan (lain) sehingga menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya ". (Al An'am: 153) Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam mensinyalir bahwa umatnya bakal terpecah-belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk Neraka kecuali hanya satu golongan yang selamat (HR. Ahmad, hasan). 

Dari sini kita mengetahui, tidak setiap orang yang mengaku muslim mesti berada di jalan yang benar. Rentang waktu 14 abad dari datangnya Islam cukup banyak membuat terkotak-kotaknya pemahaman keagamaan. Lalu, jalan manakah yang selamat dan benar itu? Dan, pemahaman siapakah yang mesti kita ikuti dalam praktek keberagamaan kita? Berdasarkan banyak keterangan ayat dan hadits , jalan yang benar dan selamat itu adalah jalan Allah dan Rasulnya. Sedangkan pemahaman agama yang autentik kebenarannya adalah pemahaman berdasarkan keterangan Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. (HR. Tirmidzi, hasan). 

Itulah yang mesti kita ikuti, tidak penafsiran-penafsiran agama berdasarkan akal manusia yang tingkat kedalaman dan kecerdasannya majemuk dan terbatas. Tradisi pemahaman itu selanjutnya dirawat oleh para tabi'in dan para imam shalihin. Paham keagamaan inilah yang dalam terminologi (istilah) Islam selanjutnya dikenal dengan paham Ahlus Sunnah wal Jamaah. Atau sebagian menyebutnya dengan pemahaman para salafus shalih.

         Orang yang telah mengikuti paham Ahlus Sunnah wal Jamaah akan tegar dalam menghadapi berbagai keanekaragaman paham, sebab mereka telah yakin akan kebenaran yang diikutinya. Berbeda dengan orang yang berada di luar Ahlus Sunnah wal Jamaah, mereka akan senantiasa bingung dan ragu. Berpindah dari suatu lingkungan sesat ke lingkungan bid'ah, dari filsafat ke ilmu kalam, dari mu'tazilah ke ahli tahrif, dari ahli ta'wil ke murji'ah, dari thariqat yang satu ke thariqat yang lain dan seterusnya. Di sinilah pentingnya kita berpegang teguh dengan manhaj (jalan) yang benar sehingga iman kita akan tetap kuat dalam situasi apapun.

7. Berdakwah
         Jika tidak digerakkan, jiwa seseorang tentu akan rusak. Untuk menggerakkan jiwa maka perlu dicarikan medan yang tepat. Di antara medan pergerakan yang paling agung adalah berdakwah. Dan berdakwah merupakan tugas para rasul untuk membebaskan manusia dari adzab Allah. Maka tidak benar jika dikatakan, si A itu tidak ada perubahan. Jiwa manusia, bila tidak disibukkan oleh ketaatan maka dapat dipastikan akan disibukkan oleh kemaksiatan. Sebab, iman itu bisa bertambah dan berkurang. Jika seorang da'i menghadapi berbagai tantangan dari ahlul bathil dalam perjalanan dakwahnya, tetapi ia tetap terus berdakwah maka Allah akan semakin menambah dan mengokohkan keimanannya. 

Bagaimana perasaan kita seandainya Allah menciptakan kita sebagai benda mati, binatang, orang kafir, penyeru bid'ah, orang fasik, orang Islam yang tidak mau berdakwah atau da'i yang sesat? Mudah-mudahan kita berada dalam keyakinan yang benar yakni sebagai Ahlus Sunnah wal Jamaah yang sesungguhnya.
 
8. Dekat dengan Ulama
        Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam bersabda: "Di antara manusia ada orang-orang yang menjadi kunci kebaikan dan penutup kejahatan." (HR. Ibnu Majah, no. 237, hasan) 

Senantiasa bergaul dengan ulama akan semakin menguatkan iman seseorang. Tercatat dalam sejarah bahwa berbagai fitnah telah terjadi dan menimpa kaum muslimin, lalu Allah meneguhkan iman kaum muslimin melalui ulama. Di antaranya seperti diutarakan Ali bin Al Madini Rahimahullah: " Di hari riddah (pemurtadan) Allah telah memuliakan dirinya ini dengan Abu Bakar dan di hari mihnah (ujian) dengan Imam Ahmad."

Bila mengalami kegundahan dan problem yang dahsyat Ibnul Qayyim mendatangi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah untuk mendengarkan berbagai nasehatnya. Serta-merta kegundahannya pun hilang berganti dengan kelapangan dan keteguhan iman ( Al Wabilush Shaib, hal. 97).

9. Memiliki Akhlak Pendukung Tsabat.
         Akhlak pendukung tsabat yang utama adalah sabar. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Salam: "Tidak ada suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran." (HR. Al Bukhari dan Muslim). Tanpa kesabaran iman yang kita miliki akan mudah terombang-ambingkan oleh berbagai musibah dan ujian. Karena itu, sabar termasuk senjata utama mencapai tsabat.

10. Merenungi Nikmatnya Surga
        Surga adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan, kegembiraan dan suka-cita. Ke sanalah tujuan pengembaraan kaum muslimin. Orang yang meyakini adanya pahala dan Surga niscaya akan mudah menghadapi berbagai kesulitan. Mudah pula baginya untuk tetap tsabat dalam keteguhan dan kekuatan imannya.

         Dalam meneguhkan iman para sahabat, Rasulullah SAW sering mengingatkan mereka dengan kenikmatan Surga. Ketika melewati Yasir, istri dan anaknya Ammar yang sedang disiksa oleh kaum musyrikin beliau mengatakan: "Bersabarlah wahai keluarga Yasir, tempat kalian nanti adalah Surga." (HR. Al Hakim/III/383, hasan shahih) Mudah-mudahan kita bisa merawat dan terus-menerus meneguhkan keimanan kita sehingga Allah menjadikan kita khusnul khatimah. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar