Sabtu, 06 Agustus 2011

Allah Adalah yang Terdekat dengan Diri Kita

Karena seorang manusia bukanlah akumulasi materi melainkan suatu “ruh jiwa”, lalu siapakah yang menampilkan, atau lebih tepatnya “menciptakan” dan menampilkan, kumpulan persepsi yang disebut “materi” kepada jiwa kita?
Jawaban atas pertanyaan ini sangat jelas: Allah, Yang “meniupkan” ruh-Nya ke...pada manusia, adalah Pencipta segala sesuatu di sekeliling kita. Satu-satunya sumber persepsi adalah Allah. Tidak ada yang bukan ciptaan-Nya. Dalam ayat berikut, Allah menceritakan bahwa Dia men-ciptakan segala sesuatu dan jika tidak, tidak akan ada sesuatu pun.

“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Faathir, 35: 41) !

Sebagai hasil dari pengondisian yang terus-menerus yang diterima manusia sejak lahir, mereka mungkin tidak bersedia menerima fakta ini. Namun, bagaimanapun mereka menghindari mendengar atau melihat-nya, ini adalah sebuah fakta yang jelas. Semua citra yang ditunjukkan ke-pada manusia adalah ciptaan Allah. Lebih-lebih lagi, tidak hanya dunia luar tetapi juga semua tindakan yang menurut seseorang ia lakukan terjadi hanya dengan kehendak Allah. Suatu tindakan yang independen dan terpisah dari kehendak Allah adalah tidak mungkin.

“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (QS. Shaffat, 37: 96) !

“Maka bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika ka-mu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu'min, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengeta-hui.” (QS. Al Anfaal, 8: 17) !

Sebagai hasil dari semua ini kita memahami bahwa satu-satunya keberadaan yang absolut adalah Allah. Tidak ada sesuatu pun kecuali Dia. Dia meliputi segala sesuatu di langit, bumi, dan segala sesuatu di antaranya. Allah menyebutkan di dalam Al Quran bahwa Dia ada di mana-mana dan bahwa Dia meliputi segala sesuatu:
“Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan ten-tang pertemuan dengan Tuhan mereka. Ingatlah bahwa sesungguh-nya Dia Maha Meliputi segala sesuatu.” (QS. Fushilaat, 41: 54) !

“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah . Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah, 2: 115) !

“Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah Allah Maha Meliputi segala sesuatu.” (QS. An-Nisaa', 4: 126) !

“Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah Allah Maha Meliputi segala sesuatu.” (QS. Al Israa', 17: 60) !

“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud, tetapi Allah menghukum kamu disebabkan yang disenga-ja oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” (QS. Al Baqarah, 2: 255) !

Allah meliputi Anda dari depan, belakang, kanan, kiri, yakni dari se-gala arah; Dia Yang menyaksikan Anda kapan pun, di mana pun, sepe-nuhnya mengendalikan di dalam di luar diri Anda, dan lebih dekat kepa-da Anda dibandingkan urat leher Anda itulah Allah, Yang Mahakuasa, satu-satunya.

"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." (QS. Al Baqarah, 2:32) !

Kita melihat segala sesuatu di sekitar kita berwarna di dalam kegelapan otak kita, sebagaimana taman ini terlihat berwarna dari jendela kamar yang gelap.

Ketika kita berada di dalam sebuah ruangan, kita menganggap diri kita berada di sebuah tempat yang terbatas, dan ketika berada di tepi laut kita berada di tempat yang sangat luas. Hal ini, dalam beberapa ukuran, hanyalah ilusi, karena sebenarnya, kita mengalami kedua keadaan di dalam tempat yang sangat sempit di dalam otak kita.

Di dalam mimpi kita, kita dapat memimpikan diri kita berada di kepulauan tropis. Kita menjalani momen itu dengan semua realitasnya. Tidak seorang pun dapat meyakinkan kita bahwa kita sedang bermimpi pada saat itu. Baru setelah terbangun kita mengerti bahwa kita tadinya bermimpi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar