Jumat, 19 Agustus 2011

A. Nabi Musa Dilarung oleh Ibunya ke Sungai Nil
Nabi Musa A.S. dilahirkan di zaman yang sangat tidak menguntungkan bagi dirinya. Pada waktu itu, ada undang-undang raja Fir'aun yang melarang hidupnya bayi laki-Iaki dari Bani Israil. Jika ada bayi dari Bani Israil yang lahir pada waktu itu harus dibunuh.
Raja Fir'aun sangat zalim dan sudah terkenal dalam sejarah akan kezalimannya. Dia mengaku dirinya tuhan. Barang siapa yang tak mau bertuhan kepadanya, orang itu akan dibunuh. Fir'aun merupakan orang yang sombong dan angkuh, tidak mengenal sedikit pun perikemanusiaan.
Pada suatu hari ia bermimpi bahwa negeri Mesir terbakar habis, rakyatnya banyak yang mati dan orang-orang yang tinggal adalah orang-orang Bani Israil saja. Setelah ia sadar dari mimpinya, dikabarkannyalah mimpi tersebut kepada orang-orang yang ahli sihir, apakah gerangan takwil mimpi itu? Ahli sihir pun sibuk melihat dalam tenung. la berkata kepada raja Fir'aun, bahwa di tahun itu akan lahir seorang bayi laki-Iaki dari Bani Israil yang nantinya akan meruntuhkan kekuasaannya.
Mendengar keterangan itu, Fir'aun merasa gentar dan takut kalaukalau kerajaannya itu benar-benar akan menjadi hancur. Oleh sebab itu dia memerintahkan kepada petugas-petugasnya, agar membunuh setiap bayi laki-Iaki Bani Israil yang lahir di tahun itu.
Allah berfirman di dalam Al Qur'an surat AI Baqarah ayat 49 yang artinya: "Ingatlah ketika Kami melepaskan kamu dari keluarga Fir'aun, mereka menyiksa kamu sebesar-besarnya siksaan, disembelihnya anak-anak kamu yang laki-Iaki dan dipeliharanya anak-anak kamu yang, perempuan, demikian itu adalah cobaan yang besar dari Tuhammu yang Maha Agung."
Allah adalah Tuhan yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, sekali pun rencana Fir'aun itu dilakukannya dengan seksama, rencana Allah lebih baik daripada itu.
Nabi Musa A.S. dilahirkan dari golongan Bani Israil, yang menurut ad at keganasan, tentulah Nabi Musa A.S. telah mati disembelih. Tetapi Allah tetap memelihara dengan pemeliharaan yang baik. Allah mengilhamkan kepada ibu Nabi Musa A.S. agar anaknya (Musa A.S.) dihanyutkan ke dalam sungai Nil. Ibu Nabi Musa A.S. pun membuat peti, kemudian Nabi Musa A.S. dimasukkan ke dalam peti tersebut. Pada malam hari dihanyutkannyalah peti itu.
Pada suatu hari, isteri Fir'aun sedang berjalan-jalan di tepi sungai Nil. Melihat peti itu terapung-apung di atas sungai Nil, ia menyuruh kepada petugas kerajaan supaya mengambilkan peti itu. Setelah dibuka, dilihatnya ada seorang bayi laki-laki di dalamnya. Hal ini pun dikabarkan kepada Fir'aun. Fir'aun lalu berkata: "Barangkali anak inilah yang akan merobohkan kerajaanku kelak. Berikanlah dia kepadaku, akan aku bunuh dia."
Jawab isterinya: Anak ini janganlah dibunuh, aku sayang kepadanya. Biarkanlah ia kita jadikan anak sendiri, karena kita tidak mempunyai anak." Mendengar itu Fir'aun tidak dapat berbuat apaapa, dia terpaksa menuruti kehendak isterinya.
Demikianlah kurnia Allah yang diberikan kepada kaum hawa. Walaupun ia mahkluk Tuhan yang lemah dibanding kaum pria, kadangkadang di balik kelemahannya itu terselip kekuatan batin yang tak dapat dikalahkan oleh siapa pun. Kadang-kadang wanita memegang peranan sangat penting dalam menentukan sesuatu. Demikian halnya dengan isteri Fir'aun (Siti Asiyah). la melarang membunuh bayi (Musa A.S.). Nabi Musa tidak jadi dibunuh. Nabi Musa kedl segera dicarikan inang pengasuh. Banyak wanita-wan ita yang ingin memelihara dan menyusukannya, tetapi setiap ada wanita yang akan menyusukannya Musa kecil tetap tidak mau menyusu kepadanya.
Ibu Nabi Musa setelah membuang anaknya ke sungai Nil, ia berkata kepada anak perempuannya supaya mencari dengar siapakah gerangan yang mendapat anak yang telah dihanyutkan. Pergilah saudara Musa yang perempuan (Maryam) keluar rumah, untuk mencari berita tentang adiknya itu. Rupanya ia mendengar kabar bahwa saudaranya itu dipungut oleh isteri raja Fir'aun. la juga' mendengar bahwa isteri raja Fir'aun sedang mencari pengasuh untuk anak pungutnya itu. Setiap wanita yang melamar untuk menyusui bayi tersebut, Musa tak mau menyusu kepadanya. Oiberitakanlah oleh Maryam mengenai hal itu. Oatanglah ibunya Musa untuk melamar menyusuinya. Setelah itu barulah bayi tersebut mau menyusu. Oemikian Nabi Musa A.S. dipertemukan oleh Allah untuk dikembalikan kepada ibunya. Tak ada orang lain yang mengetahui hal itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar