Selasa, 30 Agustus 2011

Cinta, cinta dan cinta... yang asal dari karunia Nya.



Saat kemampuan menikah belum di tangan. Biarlah cinta berekspresi menjadi keShalihan, perbaikan diri hari demi hari. Karena semapta janji Illahi telah terukir di pelataran wahyu; keShalihan menjumpai keShalihan dan kebusukan menjumpai kebusukan.
...


Cinta, ruh yang mengalir lembut, menyenangkan, bersinar, jernih dan ceria. Terkadang juga bermanifestasi menjadi luh yang mengalir lembut, menyesakkan, berderai, jerih dan badai… Tak pernah ia dihukumi haram. Karena ia bukan virus yang memberikan penyakit pada jiwa seperti yang sering kita salah tafsirkan. Justru cinta adalah makhluq Allah yang harus di jaga kesehatannya dari setiap penyakit yang mencoba menungganginya. Penyakit yang dating dati Syaithan, Syahwat maupun Syubhat.



Seperti bunga, cinta sejati takkan mampu menyembunyikan semerbak wanginya. ia takkan mati bila kita menggantungkan pada Pemilik 'Arsy yang Maha Tinggi tentunya dengan keikhlasan karena eksitensi cinta mengejawantahkan dalam kelembutan, kecerdasan, perbaikan diri, keshalihan dan tentu juga ke ikhlasan.



“Dan hendaklah menjaga kesucian dirinya, orang-orang yang belum mampu menikah, hingga Allah mengayakan mereka dari karuniaNya…” (AnNur 33)



Pastilah engkau tahu apa makna keikhlasan dalam setiap amal. Dan ketidaktahuan adalah isyarat agar kita segera mengkaji. Cinta yang tercabut dari tangkai keikhlasan akan menjadi bunga potong yang mungkin sesaat merona dan selanjutnya masuk ke tempat sampah.



Uswah untuk kita:



Dua remaja di singsingan fajar risalah, Fathimah dan 'Ali mencontohkan bagaimana cinta hidup, dengan sehat tanpa penyakit menggangu ke khusyu'an. Ia menjadi rahasia hati, simpati, ketertarikan, kontrol diri, do'a dan harapan. Saking rahasianya cinta mereka berdua sampai syaithan pun tidak tahu....

Begitupun saat Muhammad ibn 'Abdullah ditanya, maukah ia menikah dengan Khadijah, ia segera berkata. "Bagaimana caranya?" perhatikan intonasi penuh antusiasme ini? Cinta itu sudah tumbuh dan bersemai dalam dirinya.



Petanyaan diri:



Bagaimana dengan yang saling cinta dan berkomitmen untuk tidak pacaran? Pada beberapa kasus tetap saja ia tumbuh tidak sehat….!



Apalagi jika tetap berada dalam lingkungan yang keterjangkauan komunikasinya tinggi. Kecuali beberapa yang sangat sedikit jumlahnya. Jebakan-jebakan syaithan terlalu rumit untuk kita pahami terlebih dahulu hingga kita punya solusi dan prevensi. Sejak jaman Adam dan Hawa, hanya kata taqwa, termasuk taqwa dalam interaksi yang bisa meredam makar syaithan.



Bahkan, tak perlu pula berkata, “Dinda, tunggu aku 3 tahun lagi!”. Apa perlunya menjanji yang tak pasti. Tak dimintapun bidadari pasti menanti dan lelaki langit akan datang bersama cahaya.
Lihat Selengkapnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar