Selasa, 30 Agustus 2011

“Maukah Kau Menungguku ?????” edisi 3


Sehingga jelaslah sudah, bahwa Islam tidak ...melarang cinta dan kasih sayang. Islam tidak melarang seorang laki-laki tertarik pada perempuan, begitu juga sebaliknya. Ini membuktikan bahwa Islam adalah agama yang sesuai fitrah manusia.



Islam hanya mengatur dan memuliakan manusia, bagaimana tata aturan dalam mencurahkan rasa cintanya itu. Pernahkah melihat kucing (yang ingin kawin)? Sang jantan akan coba mendekati betina, menunjukkan ”kegarangan”nya, kemudian tanpa ”permisi” langsung ”nyosor” gitu aja. Tidak peduli mereka sedang berada dimana. Di teras rumah orang, di warung, juga di jalan. Tidak peduli kucing betina siapa, kalau sudah suka maka sang kucing jantan tidak akan malu-malu lagi. Inilah dunia hewan. Dunia makhluk yang tidak mempunyai akal.



Kebayang kalau manusia yang seperti itu? Itulah salah satu alasan adanya agama Islam, manusia adalah makhluk yang terbatas. Ia tidak akan mengetahui apa yang baik bagi dirinya, dan apa yang buruk bagi dirinya. Oleh karenanya sudah menjadi fitrah bagi manusia bahwa ia memerlukan seperangkat aturan dari Dzat yang maha sempurna untuk mengatur kehidupannya. Maha suci Allah yang tidak membiarkan manusia terkatung-katung menjalani kehidupan. Betapa Maha pemurah dan penyayang Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang tidak membiarkan manusia hidup liar tanpa aturan seperti hewan :


”Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada mereka yang Kami menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Al-A’raaf : 52)



Sayangnya, kini aturan Allah itu telah dibuang dari kehidupan bermasyarakat. Aturan Allah hanya digunakan ketika mengatur permasalahan ibadah. Seperti tata cara shalat, tata cara berhaji, masalah kejujuran, dan sejenisnya. Sedangkan untuk tata cara mengemban negara, pendidikan, ekonomi, serta masalah sosial lainnya, Islam dibuang. Termasuk untuk mengatur masalah pergaulan..



Astaghfirullah, benarlah bahwasanya Islam diturunkan sebagai petunjuk dan pedoman hidup manusia. Islam diturunkan untuk mengatur manusia agar tidak hidup seperti hewan liar dan bebas tanpa aturan. Manusia adalah makhluk yang mulia juga berakal, dan Allah tidak membiarkan makhluk berakal ini hidup seperti makhluk tidak berakal.


Bisa dibayangkan, bagaimana hewan tidak berakal seperti kambing jika diseru untuk hidup mulia dengan aturan Islam. Ia tidak akan pernah peduli, dan hanya akan menjawab, ”mbeeeeee…”. Oleh karenanya Allah sangat mengecam makhluk berakal seperti manusia yang tidak mau tunduk pada aturan-Nya, dengan sebutan lebih sesat dari pada hewan ternak ! Ya, hewan tidak punya akal untuk berfikir. Sedangkan manusia?



“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Al-A’raaf : 179)



Cinta dan kasih sayang adalah fitrah. Islam tidak melarang ataupun mengekang akan hal itu. Islam hanya mengatur serta menata sesuatu yang fitrah dan suci itu, sesuai kodrat manusia sebagai makhluk yang berakal dan mulia. Konsep aturan tersebut telah sangat rinci tertuang dalam Al-Qur’an dan As-sunnah. Sampai-sampai Rasulullah berpesan sebelum kepergian beliau, ”.. Pegang erat-erat sunnah itu dengan gigi geraham kalian..”



Begitulah cinta yang di ajarkan Islam, Islam tidak sama sekali melarang cinta, namun islam melarang kita menodai cinta.

Salah satu wujudnya adalah aturan akan hubungan antar lawan jenis bukan nahram. Semua mungkin sudah mafhum, yang gambaran umumnya adalah menjaga interaksi antara laki-laki dan perempuan agar selalu sesuai koridor syari’at. Sebab hubungan yang halal hanya ada pada ikatan pernikahan. Jika mampu, maka laksanakanlah, dan jika masih belum mampu maka Rasulullah memerintahkan agar kita berpuasa.


Terkadang kita ragu terhadap pernikahan bila tidak memastikan si dia yang dimintai untuk menunggu atau dimintai janji. Namun Islam menjawab keraguan ini dengan sangat lugas :

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (An-Nuur : 26)

Kini telah jelas, pilihan ada pada kita. Mau taat atau tidak pada aturan-Nya.



Untuk Sang Akhi Yang Sedang Menunggu Jawaban



Cukuplah menjadi pengagum rahasia (bahasa kerennya Secret Admirer). Sang Akhi yang akan selalu mendoakan yang terbaik untuk Sang Ukhti, yang hanya puas dengan memandang Sang Ukhti dari jauh saja, hanya puas hanya dengan melihat senyum Sang Ukhti. Tanpa berani untuk mengungkapkannya karena dia belum mempunyai persiapan yang matang. Karena dia tahu jika dia mengungkapkan niat itu sekarang itu malah akan mencelakakan Sang Ukhti karena akan membuat Sang Ukhti selalu teringat padanya.



Untuk Sang Ukhti Yang Sedang Bingung

Cukuplah kau berkata, jodoh ada ditangan Allah. Kalaulah kita berjodoh Allah pasti akan mempermudah langkahmu.



Untuk Sang Ukhti dan Sang Akhi yang sudah terlanjur

Segera putuskanlah perkara yang belum jelas itu. Karena sungguh hubungan antara pria dan wanita itu hanya ada sebagai teman atau pasangan hidup saja. Tak ada diantaranya. Jika memang saling mencintai, tentulah kalian menginginkan yang dicintai selamat dunia dan akhirat dan tidak menjerumuskan yang dicintainya pada perbuatan yang dilarang oleh Islam. Itulah makna cinta sejati, Menginginkan yang dicintainya selamat di dunia dan akhirat, bukan malah menjerumuskan pada perbuatan yang bisa mendatangkan dosa.



Percayakah kalian dengan janji Allah kawan????

"Perempuan-perempuan yang keji adalah untuk yang keji pula dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji, sedangkan wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik juga diperuntukkan bagi perempuan-perempuan yang baik….” (QS.24:26)"

(Moga-moga ngga bosen ma terjemahan dari ayat Al-qur’an diatas yang diulang-ulang)

Apabila dua orang telah digariskan untuk dapat hidup bersama, maka sejauh apapun mereka, sebanyak apapun rintangan yang menghalangi, sebesar apapun beda diantara mereka, sekuat apapun usaha dua orang tersebut maupun orang lain untuk menghindarkan dan menjauhkannya, meski mereka tidak pernah berkomunikasi sebelumnya, meski mereka sama sekali tidak pernah membayangkan sebelumnya, meski mereka tidak pernah saling bertegur sapa, Pasti! tetap saja mereka akan bersatu. Seakan ada magnet yang menarik mereka, akan ada hal yang datang untuk menyatukan mereka berdua, akan ada suatu kejadian, yang membuat mereka saling mendekat dan akhirnya bersatu





Namun, apabila dua orang telah ditetapkan untuk tidak berjodoh, maka sebesar apapun usaha mereka untuk saling mendekat seperti ikhwan yang meminta sang akhwat menunggu, sekeras apapun upaya mereka dan orang-orang disekitar mereka untuk menyatukannya, sekuat apapun perasaan yang ada diantara mereka berdua, sebanyak apapun komunikasi diantara mereka sebelumnya, sedekat apapun. Pasti pula! akan ada hal yang membuat mereka akhirnya saling menjauh, ada hal yang membuat mereka saling merasa tidak cocok, ada hal yang membuat mereka saling menyadari bahwa memang bukan dia yang terbaik, ada kejadian yang menghalangi mereka untuk bersatu, bahkan ketika mereka mungkin telah menetapkan tanggal pernikahan





Hal yang perlu dicatat disini adalah:

Yakinlah bahwa yang diberikan oleh Allah

Yakinlah bahwa yang digariskan oleh Allah

Yakinlah bahwa yang telah ditulis oleh Allah dalam KitabNya

Adalah yang terbaik untuk kita

Adalah yang paling sesuai untuk kita

Adalah yang paling membuat kita merasa bahagia,,,,





karena Dialah yang paling mengerti kita lebih dari kita sendiri

Dialah yang paling menyayangi kita

Dialah yang paling mengetahui apa-apa yang terbaik untuk kita

sementara kita hanya sedikit saja mengetahuinya dan itupun hanya berdasarkan pada persangkaan kita





Dan yang perlu kita catat juga adalah jika kita tidak mendapatkan suatu hal yang kita inginkan itu bukan berarti bahwa kita tidak pantas untuk mendapatkannya, namun justru sebaliknya, bahwa kita pantas, kita pantas mendapatkan yang lebih baik dari hal tersebut, kita pantas mendapatkan yang lebih baik, ikhwan wa akhwat Fillah, lebih baik, na’am, lebih baik, yakinlah!

:")

Tidak ada komentar:

Posting Komentar